Sabtu, 14 Juli 2012

teori relational dialectics


Relational Dialectics (Leslie Baxter dan Barbara Montgomery)

Disarikan dari E.M. Griffin's A First Look at Communication Theory Fifth Edition

Kedua sarjana komunikasi ini menaruh perhatian lebih pada komunikasi intim yang terjadi dalam hubungan dekat. Mereka menemukan bahwa dalam setiap hubungan percintaan , persahabatan, maupun kekeluargaan, selalu ada konflik antara orang-orang di dalamnya. Karenanya, relational dialectics menitikberatkan kajian pada tekanan, perjuangan, dan kekacauan umum yang terjadi dalam ikatan pribadi dekat.

Dialektika ‘Push-Me-Pull-You’ dalam Hubungan Dekat
Konsep sentral dari relational dialectics adalah kontradiksi. Kontradiksi adalah proses saling mempengaruhi yang dinamis antara oposisi-oposisi yang bersatu. Kontradiksi terbentuk ketika dua kecenderungan atau dua kekuatan yang saling terkait, juga saling meniadakan. Maksudnya dalam hubungan, ikatan terjadi dalam kesalingterkaitan juga kemandirian satu sama lain. Ada daya sentripetal yang mendorong seseorang untuk tetap bersama orang lain. Namun ada pula daya sentrifugal yang mendorong seseorang untuk terpisah dari orang lain.

Tiga Dialektika dalam Hubungan
Tipe Ketegangan Dialektis yang Dilalui Orang-Orang dalam Sebuah Hubungan

Dialektika Internal (di dalam sebuah hubungan)
Connectedness-separateness
Certainty-uncertainty
Openness-closedness

Dialektika Eksternal(antara pasangan dengan komunitas)
Inclusion-seclusion
Conventionality-uniqueness
Revelation-concealment

Connectedness dan Separateness (keterkaitan dan perpisahan)
Menurut Baxter dan Montgomery, ketegangan utama dalam semua hubungan adalah kontradiksi antara keterkaitan dan perpisahan. Setiap hubungan mengandung kontradiksi ini karena di dalam hubungan terdapat individu-individu yang berbeda satu sama lain, dan masing-masing memiliki individualitas masing-masing. Menurut kedua ahli ini, hubungan tidak akan ada kecuali seluruh pihak mengorbankan beberapa otonomi individual. Meskipun demikian, keterkaitan yang terlalu berlebihan justru akan menghancurkan hubungan itu, karena identitas individu-individu di dalamnya, hilang.

 Certainty dan Uncertainty (kepastian dan ketidakpastian)
Teori pengurangan ketidakpastian Berger menyatakan bahwa orang menginginkan prediktabilitas dalam hubungan mereka. Menurut Baxter dan Montgomery, Berger membuat kesalahan dengan mengabaikan keinginan orang untuk menemukan suatu novelty, sesuatu yang baru, kejutan. Orang menginginkan sedikit misteri, spontanitas, ataupun kejutan yang diperlukan untuk bersenang-senang. Tanpa variasi ini, suatu hubungan akan jadi membosankan, rapuh, dan tanpa emosi.Namun tentu saja tidak semua kejutan menyenangkan. Pasangan perlu memiliki ritual dan kebiasaan bersama selama tidak berlebihan. Apalagi tidak semua kejutan disukai oleh kedua belah pihak. Terkadang suatu kejutan yang diharapkan oleh salah satu pihak saja, justru dapat menyebabkan pertengkaran.

 Openness dan Closedness (keterbukaan dan ketertutupan)
Teori penetrasi sosial dari Irwing Altman menyimpukan bahwa self-disclosure dalam suatu hubungan terjadi seperti suatu siklus, seperti tren fesyen dari waktu ke waktu, ada pasang dan surut. Diperjelas oleh Baxter dan Montgomery bahwa suatu hubungan tidak berjalan seperti garis lurus menuju keintiman. Menurut mereka, keterbukaan dan ketertutupan masing-masing pihak dalam suatu hubungan berlangsung seperti fase-fase bulan. Individu-individu, dalam suatu hubungan, tidak selamanya terbuka dan tidak selamanya tertutup terehadap pasangan mereka.

Tiga Dialektika Paralel antara Pasangan dengan Komunitas
Selain ketiga tipe dialektika internal hubungan di atas, pihak-pihak dalam suatu hubungan juga harus menghadapai ketegangan yang munculnya dari luar hubungan-eksternal. Dengan kata lain, ada dialektika-dialektika yang muncul dari komunitas di sekitar suatu hubungan yang mempengaruhi hubungan itu, yaitu:

 Inclusion dan Seclusion (penerimaan dan keterasingan)
Menurut Baxter dan Montgomery, suatu pasangan membutuhkan privasi yang melimpah, sampai terbentuk suatu kode unik makna di antara mereka dan sampai tercapai hubungan yang solid. Dalam budaya Amerika, secara sengaja menampilkan hubungan pada orang luar, artinya mendeklarasikan bahwa mereka adalah pasangan yang menjadi suatu unit sosial. Semakin banyak mereka menampilkan otonomi mereka dalam masyarakat, sebenarnya mereka tengah membangun subudaya yang unik.
Individu-individu dalam suatu hubungan sering memiliki dunia sosial berbeda. Ketika satu pihak berada di tengah dunia sosial pasangannya, ia merasakan keterasingan. Namun ketika mereka mulai saling mengenal dan dunia sosial keduanya tidak banyak berbeda, di situlah individu dalam suatu hubungan merasa diterima.

 Conventionality dan Uniqueness (kebiasaan dan keunikan)
Baxter dan Montgomery melihat bahwa masyarakat telah mencanangkan suatu tradisi atau konvensionalitas dalam melihat pola-pola hubungan terbentuk berulang kali. Keunikan yang berlebihan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Namun keunikan dalam suatu hubungan, diperlukan. Tidak ada yang ingin pola hubungannya dengan pasangannya sama persis dengan pasangan-pasangan yang lain.

Misalnya, pria dan wanita menikah kemudian membentuk keluarga, membesarkan anak-anak hingga mereka dewasa, adalah hal konvensional dalam masyarakat. Namun keluarga lain punya keunikan, yaitu salah seorang anak mereka menderita cacat seumur hidup. Karenanya, pasangan ini kemudian membangun sebuah keluarga di mana mereka mampu menghadapi dan membesarkan anak yang cacat. Dan mereka mengajari anak-anak mereka yang lain untuk memaklumi, menghormati dan membantu saudara mereka yang cacat. Mereka punya sub-budaya sendiri.


 Revelation dan Concealment (keterbukaan dan ketersembunyian)
Dalam jaringan sosial, memutuskan apa yang harus diberitahukan kepada masyarakat, adalah dilema yang fundamental. Menurut kedua ahli teori ini, menyebarluaskan sesuatu kepada publik tentang hubungan suatu pasangan, mengantarkan hubungan itu ke dalam bahaya yang potensial. Maksudnya, apabila satu pihak ingin menyebarkan yang ini, sedangkan pihak yang lain tidak setuju, ini bisa menimbulkan masalah dalam hubungan.

Public disclosure memang menunjukkan bahwa hubungan suatu pasangan itu kuat. Namun ada harga yang harus dibayar untuk itu, yaitu kehilangan sebagian privasi. Jelas bukan merupakan jalan keluar dari suatu masalah yang muncul dalam hubungan.

Cara-Cara Praktis Menghadapi Ketegangan Dialektikal
Ada 8 strategi yang bisa mempertahankan suatu hubungan dari kontradiksi-kontradiksi di atas, yaitu:

1. Denial-penyangkalan. Yaitu latihan untuk terus-menerus merespons satu kutub dari dialektika dan mengabaikan yang lain. Misalnya, ada pasanagan yang mengaku bahwa mereka selalu terbuka pada pasangannya dan selalu tahu apa yang diinginkan pasangannya. Namun cara ini, menurut Baxter, menimbulkan ketidakpuasan dalam individu dalam hubungan tentang cara mereka mengatasi masalah otonomi dan keterkaitan dalam hubungan mereka.

2. Disorientation. Yaitu respons yang tidak fungsional, yang muncul dari perasaan kacau balau karena tidak ada pertolongan. Daripada menyangkal kontradiksi yang mereka hadapi, individu-individu dalam hubungan, diliputi kontradiksi itu. Apapun hasilnya, entah bertengkar, dingin, dsb, dialog atau mencoba untuk saling mengerti tentang dilema itu, berhenti.

3. Spiraling Alteration antara kutub-kutub yang kontras. Artinya, memisahkan dorongan dialektika berdasarkan waktu terjadinya. Yang terjadi sekarang, itu yang direspons. Menurut Baxter dan Montgomery, tidakan first-one-then-the-other ini adalah yang paling sering dilakukan oleh pasangan pada paradoks separateness-connection.

4. Segmentation-segmentasi. Yaitu taktik penggolongan di mana individu-individu dalam hubungan mengisolasi aspek-aspek yang berbeda dalam hubungan mereka.

5. Balance-keseimbangan. Yaitu pendekatan kompromi yang mengajukan dialog yang kontinyu, karena individu-individu melihat kedua kutub dialektika berkedudukan sama. Namun yang dipandang baik oleh satu pihak belum tentu dipandang baik oleh pihak lain.

6. Integration-integrasi, menawarkan cara bagi individu-individu untuk bersama-sama merespons pertentangan tanpa angan-angan yang berlebihan.

7. Recalibration-penyesuaian. Yaitu proses menyusun situasi tertentu sementara waktu supaya tarikan atas individu-individu dalam suatu hubungan tidak lagi kelihatan menuju arah yang berlawanan.

8. Reaffirmation-penegasan kembali. Yang melibatakan pengakuan aktif oleh kedua belah pihak bahwa ketegangan dialektika tidak akan pernah hilang. Bukannya meratapi fakta hubungan ini, mereka mengakui dan merayakan kompleksitas dalam hubungan mereka.

Kritik: Apa yang Kita Lakukan dengan Relational Mess?
Banyak sarjana komunikasi yang menganggap teori Baxter dan Montgomery ini adalah teori relational mess. Mereka meragukan apakah relational dialectics bahkan harus dianggap sebuah teori. Apalagi Baxter dan Montgomery menyatakan sendiri bahwa teori ini punya keruwetan struktural dalam hal teori formal prediksi dan penjelasan. Tidak menawarkan susunan hirarkial yang umum yang sifatnya aksiomatik ataupun argumen yang proporsional. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar